BantenNasional

Aldi, Pemuda Inspiratif Banten yang Pernah Mengajar di Perbatasan Timor Leste Kini Mengabdi di Lampung

BANTEN – Aldi Reihan (28), seorang guru muda asal Banten yang pernah mengajar di wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste sebelum akhirnya mengajar di SMA Kebangsaan, Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Sebelum akhirnya mengajar di Lampung, Aldi menceritakan bahwa ia mulai mengajar di Aldi Reihan atau yang akrab disapa Aldi mengabdi di SDN Leomanu, Amfoang Timur, Kupang-Nusa Tenggara Timur pada 2022-2023. Untuk mencapai lokasi pengabdian di NTT, ia menempuh perjalanan darat sekitar sepuluh jam. Kondisi sekolah tempat ia bertugas kala itu pun masih sangat sederhana.

“Kelasnya tidak memiliki pintu, tidak ada jendela, lantainya tanah, dan bangunannya dari kayu,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (25/11/2025).

Lihat juga Sidang Gugatan Warga Cibetus: Ahli UGM Sebut Izin Lingkungan Hanya Formalitas dan Jadi Akar Konflik

Selama tiga bulan pertama di NTT, ia melakukan observasi dan beradaptasi dengan lingkungan serta masyarakat setempat. Ia kemudian ditugaskan mengajar siswa kelas empat di SD Leomanu.

Karena keterbatasan fasilitas dan ketiadaan akses internet, Aldi mengembangkan sejumlah kegiatan tambahan di luar pembelajaran formal. Ia menginisiasi kelas sore, pendampingan belajar personal. Selain itu, ia membuat program Leomanu Berkarya dan Leomanu Berprestasi yang memberikan penghargaan sederhana kepada siswa berprestasi.

“Hadiah hanya buku tulis, tetapi itu cukup memotivasi mereka,” katanya.

Aldi bertugas selama satu tahun satu bulan di perbatasan Indonesia-Timor Leste sebelum akhirnya pada 2023 memutuskan kembali ke Banten karena diminta untuk tidak jauh dari keluarga. Setelah kembali, ia sempat melamar ke beberapa sekolah di Banten, namun belum ada penerimaan. Ia akhirnya diterima mengajar oleh sekolah swasta di SMA Kebangsaan, Lampung Selatan, yang memiliki sistem pendidikan berasrama berbasis kedisiplinan.

Saat ini, Aldi masih berstatus guru honorer di sekolah tersebut. Menurutnya, pengalaman mengajar di perbatasan menjadi pembelajaran penting dalam kariernya.

“Di sana (NTT) saya belajar bahwa pendidikan bukan soal fasilitas, tetapi soal kehadiran guru yang percaya pada peserta didik,” ujarnya.

“Tugas guru tidak berhenti di papan tulis, ia berlanjut pada pembentukan karakter yang membuat seorang murid tumbuh menjadi manusia yang lebih baik,” begitu kata Aldi. (ukt)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button